Buat saya arti sahabat lebih menguat sebagai tempat curhat dalam suka dan duka. Selain itu sahabat juga mempengaruhi secara positif terhadap harapan hidup dan cita-cita untuk menjalani hidup ini.
Jikalau seseorang memiliki sahabat yang mempengaruhinya secara positif. Harapan hidup akan lebih baik sehingga kesehatan jasmani dan rohani dapat terbentuk. Untuk, membantunya didalam menjalani kehidupan yang semakin tidak menentu saat ini dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki sahabat.
Dalam pengertian umum sahabat artinya Kawan. Sahabat Karib juga diartikan kawan dekat. Sementara kawan sehati artinya teman dekat yang setia menemani dalam keadaan suka dan duka yang saling mendukung dan menerima semua kelebihan maupun kekurangannya.
ARTI DASAR SAHABAT
Kalau kamu mendekapkan persahabatan dengannya
Dia segera membalas baik persahabatan itu
Kalau kamu meminta bantuan darinya
Dia segera menolongmu dengan rela
Kalau dia mendapatkan sesuatu yang tidak benar darimu
Dia segera memberitahu kamu
Kalau dia melihat kesusahan dalam diri kamu
Dia segera membantu meringankan bebanmu
Kalau kamu berselisih tujuan dengan nya
Dia segera berusaha mencari jalan terbaik untuk bersama
Kalau kamu memberikan semua kerelaan hatimu
Dia segera menyambut baik dan menghargainya
Demikian sedikit kata-kata yang bisa saya tuliskan, dalam perjalanan hidup sehari-hari. Semoga kita dapat merenungkan makna yang tersimpan untuk sahabat. Saya mempunyai seorang sahabat karib untuk tempat berbagi dalam suka dan duka sehingga membuat kami semakin erat dan saling memahami. Pahamilah arti sahabat itu didalam hatimu karena tanpa sahabat, hidup tak berarti. Terima kasih
Arti Sebuah persahabatan
Rabu, 13 April 2011
Persahabatan Bagai Kepompong
Zaman sekarang, teman sejati masih ada nggak ya ? Jika kamu belum pernah menemukan teman yang sangat kamu sukai, awalilah dengan menjadi seorang yang bisa disukai teman-temanmu... Caranya gimana tuh ?
Ini sebagian tips yang mungkin bisa kamu coba ;-)
Ini sebagian tips yang mungkin bisa kamu coba ;-)
1. Jadilah pendengar yang baik buat teman-temanmu
Jangan pernah sekalipun kamu bersikap menggurui.. Memberi nasihat boleh-boleh saja, tapi jangan melakukannya dengan cepat... Perlahan-lahan saja, namun pastikan temanmu itu mendengarkannya
2. Setiap orang memiliki pribadi yang unik dan khas
Cobalah mengerti bagaimana karakter temanmu. Hormatilah pendapatnya. Walau kadang kita bisa saling berbeda pendapat dan keyakinan, namun pasti ada jalan tengah yang bisa ditempuh asal jangan tergesa-gesa memutuskannya..
Cobalah mengerti bagaimana karakter temanmu. Hormatilah pendapatnya. Walau kadang kita bisa saling berbeda pendapat dan keyakinan, namun pasti ada jalan tengah yang bisa ditempuh asal jangan tergesa-gesa memutuskannya..
3. Peliharalah kepercayaan yang telah diberikan oleh teman dekatmu itu
Jangan pernah sekali-kali kamu mengobral rahasia temanmu kepada orang lain. Saling jaga rahasia, anggap saja diantara kalian ada permainan yang hanya bisa dimainkan oleh kamu dan temanmu...
Jangan pernah sekali-kali kamu mengobral rahasia temanmu kepada orang lain. Saling jaga rahasia, anggap saja diantara kalian ada permainan yang hanya bisa dimainkan oleh kamu dan temanmu...
4. Berilah dukungan dan pujilah temanmu
Kesampingkan kesalahan dan kelemahannya
Kesampingkan kesalahan dan kelemahannya
5. Jangan pernah merasa iri kepada temanmu
Kebahagiaannya adalah kebahagiaan milikmu juga. Ikutlah berbahagia atas keberhasilan temanmu
Kebahagiaannya adalah kebahagiaan milikmu juga. Ikutlah berbahagia atas keberhasilan temanmu
6. Dekat bukan berarti harus tergantung satu sama lain. Berikan pertolongan secukupnya
Jagalah "jarak" yang wajar. Mundurlah sedikit bila kita merasa pertdmanan sudah terlampau dekat. Sebaliknya, mendekatlah kala kita merasa pertemanan sudah semakin renggang
Jagalah "jarak" yang wajar. Mundurlah sedikit bila kita merasa pertdmanan sudah terlampau dekat. Sebaliknya, mendekatlah kala kita merasa pertemanan sudah semakin renggang
7. Sisihkan waktu untuk melakukan kegiatan refreshing bersama
Kembangkan sifat toleransi, fleksibilitas, asertive, empati dan belajar saling memahami
Kembangkan sifat toleransi, fleksibilitas, asertive, empati dan belajar saling memahami
8. Jangan pernah ragu untuk minta maaf pada temanmu saat kamu melakukan sebuah kesalahan padanya
Setelah itu berusahalah perbaiki kesalahanmu. Begitu pula sebaliknya, berikan maaf dan lupakan kesalahannya jika ia bersalah ....
Setelah itu berusahalah perbaiki kesalahanmu. Begitu pula sebaliknya, berikan maaf dan lupakan kesalahannya jika ia bersalah ....
Makna Persahabatan
Diambil dari milis yang gw ikutin.. pertama liat gw merasa, ya paling ini sebuah artikel biasa aja tetapi kalo udah dibaca ternyata cukup mengharukan dan menyentuh hati, maka gw pikir ada baiknya juga gw salin ke blog ini, artikel ini gw persembahkan buat teman-teman semua..
Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya…
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya…
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.
tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.
persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.
Sahabat Sejati
“Amanda, Amanda, tunggu aku sebentar”.
Sekolah baru saja usai, Amanda sedang berjalan pulang ketika mendengar suara seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Terlihat Nisa berlari mengejarnya dengan tergopoh-gopoh.
“Ada apa Nisa?”, tanya Amanda keheranan.
“Begini, aku mau mengembalikan ini”, kata Nisa sambil mengangsurkan sebuah tas plastik kepada Amanda.
Amanda, melihat isi tas plastik tersebut, lalu bertanya, “Lho, kenapa dikembalikan, kamu tidak suka sepatu ini ya?”
“Tidak, ee..., maksudku, aku suka sepatu itu.”
“Lantas mengapa sepatu ini kamu kembalikan kepadaku, apakah kamu tidak memerlukannya?”, tanya Amanda menyelidik.
“Sebenarnya aku sangat memerlukan sepatu itu, tapi....”, suara Nisa terhenti, dia ragu-ragu untuk meneruskannya.
“Tapi apa Nisa?”, tanya Amanda lagi.
Nisa teringat dengan kejadian kemarin. Ketika itu, dia baru saja pulang dari sekolah. Saat masuk rumah, segera ditemuinya Ibunya yang sedang memasak di dapur.
“Bu…Bu… lihat”, katanya sambil berjingkat-jingkat penuh kegirangan.
Ibunya menengok sebentar ke arah Nisa, kemudian kembali sibuk mengaduk-aduk masakannya di panci, “Lihat apanya?”
“Lihat ini dong Bu, bagus sekali kan”, kata Nisa sambil mengangkat kaki kirinya, menunjukkan sepatu baru yang sedang dipakainya.
Ibunya menengok sekali lagi sambil berkata, “Iya, bagus sekali sepatu yang kau pakai. Omong-omong, sepatu itu pinjam dari siapa?”
“Ah Ibu, ini sepatu milikku”, kata Nisa dengan nada gembira.
“O begitu. Lho, jadi kamu sudah membuka tabunganmu ya. Memangnya sudah terkumpul banyak uang tabunganmu?”, tanya ibunya.
“Tidak, uang tabunganku masih utuh di dalam celengan. Sepatu ini aku dapat dari Amanda. Dia yang memberikannya untukku”
“Ah masak sih, kok bisa begitu?”, tanya ibunya tidak percaya. “Ingat, kamu jangan suka meminta-minta lho pada teman-temanmu”, lanjutnya.
“Tentu tidak dong Bu”, sergah Nisa, “ceritanya begini: kebetulan Amanda membeli sepatu baru minggu lalu, tapi ternyata sepatu itu kebesaran sedikit. Karena itu Amanda menawarkannya kepadaku. Lantas aku coba, kok pas sekali untukku. Lalu Amanda memberikannya untukku”.
“Wah beruntung sekali kamu Nisa. Apakah ayah dan ibu Amanda mengetahuinya?”, tanya ibu Nisa.
“Tentu saja Bu. Mana berani Amanda memberikannya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mereka baik sekali ya Bu”, kata Nisa.
“Iya. Tapi aku yakin Bapakmu tidak akan suka”, kata ibu Nisa sambil tetap memasak.
“Tidak mungkin dong Bu”, kata Amanda yakin, “Bapak pasti juga akan gembira”.
“Tunggu saja kalau Bapak pulang nanti”, wanti-wanti ibunya.
Benar. Ketika ayahnya pulang ke rumah setelah seharian mengemudi becak, Nisa langsung menyambutnya dengan memamerkan sepatu barunya. Tapi jawaban ayahnya seperti perkiraan ibunya tadi.
“Apa? Kau diberi sesuatu lagi oleh temanmu. Cepat kembalikan. Kita sudah menerima pemberian terlalu banyak dari mereka Nisa. Dulu tas dan peralatan tulis-menulis. Bulan lalu seragammu juga diberi oleh ayah Amanda serta uang sekolahmu dilunasinya ketika Bapak tidak punya uang. Sudah tidak terhitung lagi pemberian mereka kepada kita”
“Tapi Pak, Amanda memberikannya dengan ikhlas kepadaku”, kata Nisa membela diri.
“Betul. Bapak tidak menyangkal ketulusan hati mereka. Tapi ini sudah terlalu banyak. Mereka selalu membantu kita, tapi apa yang bisa kita berikan kepada mereka? Tidak ada”, kata ayah Nisa dengan sedih.
“Mereka tidak mengharapkan balasan dari kita Pak”, kata Nisa mencoba meyakinkan ayahnya.
“Tidak. Pokoknya sepatu tersebut harus dikembalikan segera”, jawab ayah Nisa dengan tegas. “Dan jangan menerima lagi pemberian mereka. Keluarga Pak Ahmad memang baik sekali, tetapi kita tidak bisa terus-menerus menerima bantuan dari mereka tanpa kita bisa membalasnya. Apa yang bisa kita berikan kepada mereka, mereka itu kaya sekali dan tidak memerlukan sesuatu dari kita yang miskin ini”.
“Tapi Pak…”, Nisa mencoba menawar.
“Tidak ada tetapi, ini sudah menjadi keputusan Bapak. Sepatu itu sudah harus dikembalikan besok”.
“Ya Pak’, kata Nisa menyerah.
Amanda memandang wajah Nisa yang sedih ketika menceritakan alasannya mengembalikan sepatu pemberiannya tersebut.
“Ya sudah, nggak usah sedih. Bagaimana kalau sepatu ini tetap kamu simpan saja, tidak usah bilang ayahmu”, kata Amanda menghibur.
“Tidak bisa. Aku sudah janji pada Bapak untuk mengembalikan sepatu ini”, kata Nisa.
“OK. Aku simpankan dulu ya sepatu ini, nanti jika ayahmu sudah tidak marah lagi, kamu boleh mengambilnya lagi”
“Baiklah Amanda, kamu baik sekali. Kamu memang sahabatku yang sejati”, kata Nisa sambil memeluk sahabat karibnya itu.
Keesokan harinya, Amanda tidak masuk sekolah. Nisa mencari-cari ke manapun di sekolah tapi Nisa tetap tidak tampak juga. Pada jam pelajaran ketiga Pak Guru memberi pengumuman kepada murid-murid sekelas Nisa:
“Anak-anak, ada kabar buruk. Pak Ahmad, ayah Amanda mengalami kecelakaan mobil pagi tadi. Beliau terluka parah dan sekarang berada di rumah sakit memerlukan darah yang cukup banyak. Bapak akan segera meminta guru-guru untuk mendonorkan darah bagi Pak Ahmad. Kalian dibolehkan pulang lebih awal.”
Anak-anak segera berebut keluar kelas untuk pulang. Nisa juga segera keluar ruangan dan berlari menuju ke tempat ayahnya biasa mangkal. Terlihat ayahnya masih duduk di atas becaknya menunggu calon penumpang. Nisa bergegas menemuinya dan menceritakan pengumuman Pak Guru tadi.
Mereka berdua segera menuju ke rumah sakit dan menuju ke ruang gawat darurat di mana ayah Amanda dirawat. Setelah ayah Nisa menjelaskan maksud kedatangannya, seorang kerabat Pak Ahmad menunjukkan jalan ke ruang PMI untuk donor darah. Setelah darahnya diambil, terlihat para guru sekolah Amanda berdatangan dan sebagian mendonorkan darahnya. Berkat sumbangan darah dari ayah Nisa dan para guru, kondisi Pak Ahmad segera membaik.
“Terima kasih banyak, Pak Arif”, kata Pak Ahmad pada saat menengok Pak Ahmad di rumah sakit. “Berkat bantuan Pak Arif, saya bisa pulih kembali seperti sediakala”.
“Ah tidak Pak, itu memang sudah kewajiban saya untuk membantu sesama. Apalagi kan selama ini keluarga Pak Ahmad sudah sangat sering membantu kami, tanpa kami mampu membalasnya”, kata ayah Nisa.
“Pak Arif tidak perlu memikirkan untuk membalasnya. Kami melakukan semuanya selama ini dengan ikhlas. Nisa kan teman Amanda yang paling akrab dan sering membantu Amanda dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya. Saya kira itu sudah cukup. Karena itu terima kasih Pak Arif telah menyelamatkan nyawa saya”, kata ayah Amanda sambil tersenyum.
“Sama-sama Pak, kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang tak terhitungkan selama ini”, kata Pak Arif.
Nisa dan Amanda saling berpandangan dengan gembira mendengar percakapan kedua orang tua mereka.
“Kalau begitu, boleh kan saya memberikan sepatu saya kepada Nisa”, tanya Amanda.
“Tentu saja, tentu saja Amanda. Begitu kan Pak Arif. Ini sebagai ungkapan terima kasih kami”, kata ayah Amanda cepat-cepat.
“Baiklah”, jawab ayah Nisa tidak mampu menolaknya.
“Horeeeeeeeeee”, teriak Amanda dan Nisa bersama-sama sambil melompat-lompat gembira.
“Ha….ha….ha….”, ayah ibu Amanda dan Nisa tertawa berderai melihat kelakuan kedua anak itu.
Sekolah baru saja usai, Amanda sedang berjalan pulang ketika mendengar suara seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Terlihat Nisa berlari mengejarnya dengan tergopoh-gopoh.
“Ada apa Nisa?”, tanya Amanda keheranan.
“Begini, aku mau mengembalikan ini”, kata Nisa sambil mengangsurkan sebuah tas plastik kepada Amanda.
Amanda, melihat isi tas plastik tersebut, lalu bertanya, “Lho, kenapa dikembalikan, kamu tidak suka sepatu ini ya?”
“Tidak, ee..., maksudku, aku suka sepatu itu.”
“Lantas mengapa sepatu ini kamu kembalikan kepadaku, apakah kamu tidak memerlukannya?”, tanya Amanda menyelidik.
“Sebenarnya aku sangat memerlukan sepatu itu, tapi....”, suara Nisa terhenti, dia ragu-ragu untuk meneruskannya.
“Tapi apa Nisa?”, tanya Amanda lagi.
Nisa teringat dengan kejadian kemarin. Ketika itu, dia baru saja pulang dari sekolah. Saat masuk rumah, segera ditemuinya Ibunya yang sedang memasak di dapur.
“Bu…Bu… lihat”, katanya sambil berjingkat-jingkat penuh kegirangan.
Ibunya menengok sebentar ke arah Nisa, kemudian kembali sibuk mengaduk-aduk masakannya di panci, “Lihat apanya?”
“Lihat ini dong Bu, bagus sekali kan”, kata Nisa sambil mengangkat kaki kirinya, menunjukkan sepatu baru yang sedang dipakainya.
Ibunya menengok sekali lagi sambil berkata, “Iya, bagus sekali sepatu yang kau pakai. Omong-omong, sepatu itu pinjam dari siapa?”
“Ah Ibu, ini sepatu milikku”, kata Nisa dengan nada gembira.
“O begitu. Lho, jadi kamu sudah membuka tabunganmu ya. Memangnya sudah terkumpul banyak uang tabunganmu?”, tanya ibunya.
“Tidak, uang tabunganku masih utuh di dalam celengan. Sepatu ini aku dapat dari Amanda. Dia yang memberikannya untukku”
“Ah masak sih, kok bisa begitu?”, tanya ibunya tidak percaya. “Ingat, kamu jangan suka meminta-minta lho pada teman-temanmu”, lanjutnya.
“Tentu tidak dong Bu”, sergah Nisa, “ceritanya begini: kebetulan Amanda membeli sepatu baru minggu lalu, tapi ternyata sepatu itu kebesaran sedikit. Karena itu Amanda menawarkannya kepadaku. Lantas aku coba, kok pas sekali untukku. Lalu Amanda memberikannya untukku”.
“Wah beruntung sekali kamu Nisa. Apakah ayah dan ibu Amanda mengetahuinya?”, tanya ibu Nisa.
“Tentu saja Bu. Mana berani Amanda memberikannya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mereka baik sekali ya Bu”, kata Nisa.
“Iya. Tapi aku yakin Bapakmu tidak akan suka”, kata ibu Nisa sambil tetap memasak.
“Tidak mungkin dong Bu”, kata Amanda yakin, “Bapak pasti juga akan gembira”.
“Tunggu saja kalau Bapak pulang nanti”, wanti-wanti ibunya.
Benar. Ketika ayahnya pulang ke rumah setelah seharian mengemudi becak, Nisa langsung menyambutnya dengan memamerkan sepatu barunya. Tapi jawaban ayahnya seperti perkiraan ibunya tadi.
“Apa? Kau diberi sesuatu lagi oleh temanmu. Cepat kembalikan. Kita sudah menerima pemberian terlalu banyak dari mereka Nisa. Dulu tas dan peralatan tulis-menulis. Bulan lalu seragammu juga diberi oleh ayah Amanda serta uang sekolahmu dilunasinya ketika Bapak tidak punya uang. Sudah tidak terhitung lagi pemberian mereka kepada kita”
“Tapi Pak, Amanda memberikannya dengan ikhlas kepadaku”, kata Nisa membela diri.
“Betul. Bapak tidak menyangkal ketulusan hati mereka. Tapi ini sudah terlalu banyak. Mereka selalu membantu kita, tapi apa yang bisa kita berikan kepada mereka? Tidak ada”, kata ayah Nisa dengan sedih.
“Mereka tidak mengharapkan balasan dari kita Pak”, kata Nisa mencoba meyakinkan ayahnya.
“Tidak. Pokoknya sepatu tersebut harus dikembalikan segera”, jawab ayah Nisa dengan tegas. “Dan jangan menerima lagi pemberian mereka. Keluarga Pak Ahmad memang baik sekali, tetapi kita tidak bisa terus-menerus menerima bantuan dari mereka tanpa kita bisa membalasnya. Apa yang bisa kita berikan kepada mereka, mereka itu kaya sekali dan tidak memerlukan sesuatu dari kita yang miskin ini”.
“Tapi Pak…”, Nisa mencoba menawar.
“Tidak ada tetapi, ini sudah menjadi keputusan Bapak. Sepatu itu sudah harus dikembalikan besok”.
“Ya Pak’, kata Nisa menyerah.
Amanda memandang wajah Nisa yang sedih ketika menceritakan alasannya mengembalikan sepatu pemberiannya tersebut.
“Ya sudah, nggak usah sedih. Bagaimana kalau sepatu ini tetap kamu simpan saja, tidak usah bilang ayahmu”, kata Amanda menghibur.
“Tidak bisa. Aku sudah janji pada Bapak untuk mengembalikan sepatu ini”, kata Nisa.
“OK. Aku simpankan dulu ya sepatu ini, nanti jika ayahmu sudah tidak marah lagi, kamu boleh mengambilnya lagi”
“Baiklah Amanda, kamu baik sekali. Kamu memang sahabatku yang sejati”, kata Nisa sambil memeluk sahabat karibnya itu.
Keesokan harinya, Amanda tidak masuk sekolah. Nisa mencari-cari ke manapun di sekolah tapi Nisa tetap tidak tampak juga. Pada jam pelajaran ketiga Pak Guru memberi pengumuman kepada murid-murid sekelas Nisa:
“Anak-anak, ada kabar buruk. Pak Ahmad, ayah Amanda mengalami kecelakaan mobil pagi tadi. Beliau terluka parah dan sekarang berada di rumah sakit memerlukan darah yang cukup banyak. Bapak akan segera meminta guru-guru untuk mendonorkan darah bagi Pak Ahmad. Kalian dibolehkan pulang lebih awal.”
Anak-anak segera berebut keluar kelas untuk pulang. Nisa juga segera keluar ruangan dan berlari menuju ke tempat ayahnya biasa mangkal. Terlihat ayahnya masih duduk di atas becaknya menunggu calon penumpang. Nisa bergegas menemuinya dan menceritakan pengumuman Pak Guru tadi.
Mereka berdua segera menuju ke rumah sakit dan menuju ke ruang gawat darurat di mana ayah Amanda dirawat. Setelah ayah Nisa menjelaskan maksud kedatangannya, seorang kerabat Pak Ahmad menunjukkan jalan ke ruang PMI untuk donor darah. Setelah darahnya diambil, terlihat para guru sekolah Amanda berdatangan dan sebagian mendonorkan darahnya. Berkat sumbangan darah dari ayah Nisa dan para guru, kondisi Pak Ahmad segera membaik.
“Terima kasih banyak, Pak Arif”, kata Pak Ahmad pada saat menengok Pak Ahmad di rumah sakit. “Berkat bantuan Pak Arif, saya bisa pulih kembali seperti sediakala”.
“Ah tidak Pak, itu memang sudah kewajiban saya untuk membantu sesama. Apalagi kan selama ini keluarga Pak Ahmad sudah sangat sering membantu kami, tanpa kami mampu membalasnya”, kata ayah Nisa.
“Pak Arif tidak perlu memikirkan untuk membalasnya. Kami melakukan semuanya selama ini dengan ikhlas. Nisa kan teman Amanda yang paling akrab dan sering membantu Amanda dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya. Saya kira itu sudah cukup. Karena itu terima kasih Pak Arif telah menyelamatkan nyawa saya”, kata ayah Amanda sambil tersenyum.
“Sama-sama Pak, kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang tak terhitungkan selama ini”, kata Pak Arif.
Nisa dan Amanda saling berpandangan dengan gembira mendengar percakapan kedua orang tua mereka.
“Kalau begitu, boleh kan saya memberikan sepatu saya kepada Nisa”, tanya Amanda.
“Tentu saja, tentu saja Amanda. Begitu kan Pak Arif. Ini sebagai ungkapan terima kasih kami”, kata ayah Amanda cepat-cepat.
“Baiklah”, jawab ayah Nisa tidak mampu menolaknya.
“Horeeeeeeeeee”, teriak Amanda dan Nisa bersama-sama sambil melompat-lompat gembira.
“Ha….ha….ha….”, ayah ibu Amanda dan Nisa tertawa berderai melihat kelakuan kedua anak itu.
Cerita Tentang Sahabat Sejati
Taukah bahwa aku sangat merindukanmu?
Menginginkanmu seperti dahulu saat kita bersenda gurau bersama?
Membawa kenangan keujung dunia, seakan kitalah yang paling bahagia di dunia ini?
Mengangankan cita-cita kita?
Mengingatkan satu sama lain? Aku masih ingat ketika aku kembali “jatuh cinta” kepada seorang lelaki.
Dan kau menegurku “Ukhti? Cinta sebelum pernikahan itu haram hukumnya… Kala itu aku marah, tetapi ketika aku tersadar aku mengingat betapa beruntungnya aku mempunyai sahabat sepertimu yang selalu mengingatkan kesalahan2ku. Betapa bahagianya aku memiliki sahabat seperti mu….
Juga sama ketika aku tertimpa musibah, Alhamdulillah kau selalu ada disampingku untuk menghiburku, memberiku nasehat yang menentramkan jiwaku seakan aku lupa dengan apa yang baru saja menimpaku. Dan aku bersyukur memilikimu….
Pernah kita berazzam untuk saling mengingatkan, meneguhkan, mencintai karena Allah “Ukhibbukifillah ya Ukhti” dan watawasaubilhaq watawa saubissabr…. Walaupun nanti kita harus berpisah untuk menjalani hidup kita masing2… aku dengan jalanku sendiri dan kau dengan jalanmu sendiri. Namun kita tetap mengingat satu sama lain.
Tapi kini, semua itu hanya kenangan saja, seakan kau lupa pada janjimu dan tak ingin mengenalku lagi…. ingatlah wahai kawan, aku siap kau butuhkan baik kau suka maupun duka. aku siap untuk menjadi hamburan tangis bahagia maupun sedihmu…. Aku taua sekarang kau bersedih… tetapi tolong jangan kau pendam kesedihanmu sehingga aku pun ikut dalam larut sedihmu.
tersenyumlah kawan… tunjukkanlah pada dunia bahwa kita mampu…
ARTI SEBUAH PERSAHABATAN
Padang Yarmuk masih membara, debu padang pasir bertebaran, kuda-kuda perang berlarian ketakutan, pedang-pedang kesatria berkilauan. Lawan kawan bercampur baur di tengah medan pertempuran. Teriakan takbir berkumandang, disusul erangan kematian para prajurit perang. Di tengah kecamuk perang, Heraklius sang Kaisar Romawi, bertindak sebagai pemimpin pasukan besar itu, melarikan diri ke Constantinople (Istanbul sekarang). Tinggallah para pasukan Romawi tanpa pimpinan dan tanpa komando. Mereka kocar kacir, dan sebagian melarikan diri ke Damascus, Antokiah dan ke Caesarea.
Dua sahabat itu, Argenta dan Margiteus terpisah. Margiteus tertawan oleh pasukan Khalid, sementara Argenta lari ke Antokiah. Perang usai dengan kekalahan di pihak pasukan Romawi. Mereka kehilangan 50,000 orang tentaranya.Di Antokiah, Argenta terkejut mendapatkan surat dari sahabatnya Margiteus. Bukankah Margiteus sudah di tawan di Padang Yarmuk ? dan di bunuh oleh pasukan Khalid bin Walid panglima Islam yang gagah perkasa itu ?
Namun ada satu penggal kalimat dalam surat itu menyentuh qolbu Argenta ;
Argenta,
Kita tetap sahabat. Agamaku tidak memutuskan rasa kasihku kepadamu. Kau tetap seorang sahabat yang akan ku kenang selagi hayat ini di kandung badan. Cuma aku harap persahabatan ini lebih manis kiranya dapat kau membuka hatimu menerima hidayah-Nya. Semoga Allah menemukan kita, sahabat.
Wassalam.
Margiteus
Margiteus telah menjadi muslim dan mendapatkan kemerdekaan dan hak yang sama dengan muslim lainnya. Ia bergabung dengan pasukan Islam di bawah komando Khalid bin Walid sahabat Rasulullah.
Argenta geram dan mencabik-cabik surat itu. Sahabat sejatinya berbelot dan mendukung musuh Kaisar Romawi. Argenta mengepalkan tinju dan marah karena egonya. Sementara sebenarnya cahaya kebenaran itu mulai merasuki jiwanya yang fitrah.
Pasukan Islam terus merangsek sampai ke kota Homs, Balbek, Aleppo dan terakhir ke Antokiah. Dua sahabat ini bertemu lagi di Antokiah, namun bukan dalam satu barisan. Keduanya bertarung di bawah panji yang berbeda. Argenta dibawah panji penjajah kekaisaran Romawi dan Margiteus di bawah panji cahaya Islam.
Keduanya terlibat duel satu lawan satu. Argenta terus memburu ingin segera menamatkan riwayat Margiteus, sementara Margiteus tetap menghindar dan bertahan, sembari menyeru Argenta sahabatnya agar masuk Islam. Dan pedang itupun merobek perut Margiteus, darah segar mengalir ke tanah. Argenta terpaku, ada rasa penyesalan dihati dan cahaya kebenaran itupun kembali merasuki. Hingga keputusan itu diambilnya secara elegan, maka ia berseru ;
“Sungguh Margiteus. Aku bersumpah dengan nama Tuhanmu. Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad. Apakah aku akan membohongi diriku lagi di saat kau begini ?”
Margiteus tersenyum haru melihat sahabatnya Argenta. Tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil mengajak sahabatnya beriman kepada Allah dan Rasul-NYA. Inikah arti sebuah persahabatan ??. Dan ia pergi ‘tuk ke Surga dalam pelukan Argenta.
Isak tangis Argenta membuncah melepas kepergian sang sahabat sejati.
Langganan:
Postingan (Atom)